Kamis, 21 November 2013

Citra dan Model Grid Analisis Citra

Pengertian Citra
Tujuan utama dari kegiatan Humas adalah menciptakan citra (image) organisasi yang positif. Image adalah kata kunci dari keberadaan Humas/PR. Karena image tidak muncul begitu saja dalam benak khlayak (publik). Tetapi ia diciptakan melalui serangkaian kegiatan yang sistematis dan terarah. Peran utama Humas adalah dalam menciptakan image tersebut.
Seperti diungkapkan oleh Anggoro (2005:59), bahwa sasaran utama Humas (public relations) adalah pembentukan citra. Praktisi humas senantiasa dihadapkan pada tantangan dan harus menangani macam fakta yang sebenarnya, terlepas dari apakah fakta itu hitam, putih atau abu-abu. Perkembangan komunikasi tidak memungkinkan lagi bagi suatu organisasi untuk menutup-nutupi suatu fakta. Oleh karena itu, para personel yang bertanggu jawab dalam bidang Humas kini lebih dituntut untuk mampu menjadikan orang lain memahami suatu pesan, demi menjaga reputasi atau citra organisasi yang diwakilinya.
Citra adalah kesan yang timbul karena pemahaman akan suatu kenyataan. Pemahaman yang berasal dari suatu informasi yang tidak lengkap juga akan menghasilkan citra yang tidak sempurna. Tantangan utama seorang praktisi public relations adalah bagaimana memberikan informasi yang lengkap kepada publiknya. Info yang tidak lengkap sering dapat dipakai oleh pihak-pihak yang tidak senang untuk menjatuhkan pihak-pihak tertentu (Kasali, 1994:28).
Philips Kotler menurut Rosady Ruslan (2003:79) mendefinisikan citra atau image sebagai
The set of beliefs, ideas and impression of person holds regarding an object. People’s attitude and actions toward an object are highly are highly conditioned by that object’s image.”

(Citra adalah seperangkat keyakinan, ide dan kesan seseorang terhadap suatu obyek tertentu. Sikap dan tindakan seseorang terhadap suatu obyek tertentu tadi akan sangat ditentukan oleh citra obyek tersebut).

            L’Etang dan Pieczka (1996:69-70) memberikan arti citra sebagai berikut:
            The purposes of the present discussion ‘image’ will be used to signify the sum impression gained of an organization by an individual. This impression derives partly from the explicit, controlled ways in which an organization communicates with its various publics, through design and verbal tone of its advertising and print materials, and, not leasr through its logo”.

(Diskusi mengenai ‘image’ digunakan untuk menggambarkan keseluruhan kesan yang muncul mengenai organisasi oleh individu. Kesan ini muncul secara eksplicit yang diciptakan oleh organisasi terhadap khlayak sasarannya, melalui desain visual dan bahasa verbal, bahasa tulisan (print material), dan tidak kalah penting dari logo organisasi/perusahaan).

Frank Jefkins (1995:64) mendefinisikan citra sebagai nilai-nilai kepercayaan yang konkritnya diberikan secara individu dan memperoleh pandangan dan persepsi serta terjadinya proses akumulasi dari individual-individual tersebut akan mengalami suatu proses cepat atau lambat untuk memberikan suatu opini publik yang luas dan abstrak.
Dari berbagai pendapat mengenai citra di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa citra adalah seperangkat keyakinan, ide dan kesan seseorang terhadap suatu obyek tertentu.
Frank Jefkins (2004:21-22) memberikan klasifikasi mengenai citra. Menurutnya ada beberapa jenis citra. Berikut ini adalah rincian dari jenis-jenis citra.
  1. Citra bayangan (Mirror Image), Citra ini melekat pada orang dalam atau anggota-anggota organisasi—biasanya adalah pemimpinnya—mengenai anggapan pihak luar tentang organisasinya. Dalam kalimat lain, citra bayangan adalah citra yang dianut oleh orang dalam mengenai pandangan luar terhadap organisasinya. Citra ini seringkali tidak tepat, bahkan hanya sekedar ilusi sebagai akibat dari kurangnya informasi, pengetahuan atau pun pemahaman yang dimiliki oleh kalangan dalam organisasi itu mengenai pendapat atau pandangan pihak-pihak luar.
  1. Citra yang berlaku (Current image), Kebalikan dari citra bayangan, citra yang berlaku (current images) ini adalah suatu citra atau pandangan yang dianut oleh pihak-pihak luar mengenai suatu organisasi. Namun sama halnya dengan citra bayangan, citra yang berlaku tidak selamanya, bahkan jarang, sesuai dengan kenyataan karena semata-mata terbentuk dari pengalaman atau pengetahuan orang-orang luas yang biasanya serba terbatas. Citra ini sepenuhnya ditentukan banyak atau sedikitnya informasi yang didapatkan.
  1. Citra yang diharapkan (Wish image), Adalah suatu citra yang diinginkan oleh pihak manajemen. Citra ini juga tidak sama dengan citra yang sebenarnya. Biasanya citra yang diharapkan itu lebih baik atau lebih menyenangkan daripada citra yang ada.
  1. Citra Perusahaan (Corporate Image), Adalah citra dari suatu organisasi secara keseluruhan, jadi bukan sekedar citra atas produk dan pelayanannya. Citra perusahaan ini terbentuk dari banyak hal, seperti sejarah atau riwayat hidup perusahaan yang gemilang, keberhasilan dan stabilitas di bidang keuangan, kualitas produk, keberhasilan ekspor, hubungan industri yang baik, reputasi sebagai penyedia lapangan kerja, kesediaan memikul tanggung jawab sosial, dan komitmen mengadakan riset.
  1. Citra Majemuk (Multiple image), Banyaknya jumlah pegawai, cabang, atau perwakilan dari sebuah organisasi atau organisasi dapat memunculkan suatu citra yang belum tentu sama dengan citra organisasi atau organisasi tersebut secara keseluruhan. Jumlah citra yang dimiliki suatu organisasi boleh dikatakan sama banyaknya dengan jumlah pegawai yang dimilikinya. Citra majemuk juga dapat berarti citra pelengkap dari citra organisasi, misalnya bagaimana pihak PR akan menampilkan pengenalan (awareness) terhadap identitas organisasi, atribut logo, brand, seragam, para front liner, sosok gedung, dekorasi lobby kantor dan penampilan para profesionalnya. Semua itu kemudian diidentikkan ke dalam suatu citra majemuk (multiple image) yang diintegrasikan terhadap citra organisasi.
  1. Citra penampilan (performance image), Citra penampilan ini lebih ditujukan kepada subjeknya, bagaimana kinerja atau penampilan para profesional pada organisasi bersangkutan. Misalnya dalam memberikan berbagai bentuk dan kualitas pelayanan, menyambut telepon, tamu, dan pelanggan serta publiknya, harus serba menyenangkan serta memberikan kesan yang selalui baik.
Dalam penelitian ini, kaitannya dengan citra program musi Dahsyat, penulis mengacu kepada jenis citra yang diharapkan (wish image), kemudian dibandingkan dengan jenis citra yang berlaku (current image) di masyarakat.

Pembentukan Citra
Untuk mendapatkan citra yang diinginkan oleh organisasi, maka organisasi harus memahami secara persis proses seleksi yang terjadi ketika publik menerima informasi mengenai realitas yang terjadi. 
Untuk membentuk citra yang baik, organisasi harus memahami kiat-kiatnya. Silih Agung Wasesa, dalam bukunya Strategi Public Relations (2005:69) menyampaikan bahwa ada beberapa panduan yang perlu dilakukan organisasi dalam usaha membangun citra yaitu :

a.       Memetakan persepsi
Pemetaan persepsi audiens  dilakukan dengan cara melakukan audit citra, sehingga organisasi menjadi tahu sebetulnya dimana posisi organisasi di mata audiens/publik.
b.      Menyesuaikan dengan Visi Manajemen
Kesesuaian antara aktivitas dengan manajemen paling atas (top management).
c.       Pahami Audiens
Sebelum membuat program dibuat, perusahan harus tahu persis audiens yang akan menjadi target program yang akan dibuat oleh organisasi. Karena sebetulnya, program yang harus dibuat oleh organisasi adalah berdasarkan kebutuhan audiens, bukan sebaliknya.
d.      Fokus
Pada saat organisasi menyiapkan program untuk audiensnya, organisasi harus fokus pada titik pengembangan tertentu. Dengan fokus, organisasi menjadi lebih mudah menilai informasi sebuah program. Karena di situ dapat diketahui kemajuan apa yang didapat dari program-program sebelumnya yang diselenggarakan oleh organisasi.
e.       Kreativitas
Untuk melakukan komunikasi yang baik diperlukan kreativitas karena kreativitas mengisyaratkan kreatif dalam hal apa sehubungan dengan program atau komunikasi yang akan dilakukan.
f.       Konsistensi
Program organisasi harus dijalankan secara konsisten karena menyangkut sejauh mana kemampuan organisasi untuk mendapatkan citra yang baik dimata publiknya. Untuk berhasil dibutuhkan waktu yang cukup lama, tidak bisa dalam hitungan bulan atau satu dua tahun.


Setelah melakukan program-program dalam membangkitkan citra yang baik dimata audiensnya, organisasi juga perlu mengetahui bagaimana sebenarnya keefektifan program-programnya, apakah program pembentukan citra tersebut cukup baik diterima oleh audiens atau tidak.
Untuk mengukur citra organisasi atau suatu produk ada satu cara yang dapat digunakan yaitu Audit Citra. Audit Citra yang dimaksudkan disini menurut Prime Point Public Relations dalam www.imageaudit.com :
“Image audit is a research tool for measuring the perceptions of internal and external stakeholder”
Terjemahan : Audit Citra adalah alat penelitian untuk mengukur persepsi pemangku kepentingan internal dan eksternal

Kegunaan audit image menurut Prime Point Public Relation:
a.   Helps to understand the hidden perceptions of the employees, customers and other.
b. Helps to formulate the communication strategies to improve the relationship and trust.
c.   Helps to maintain a good 'image' internally and externally
d.  Helps to rectify any misconceptions without delay.
Terjemahan :
 a.  Membantu untuk memahami persepsi tersembunyi dari karyawan, pelanggan, dan lainnya.
 b. Membantu merumuskan strategi komunikasi untuk meningkatkan hubungan dan kepercayaan.
 c.    Membantu untuk mempertahankan 'image' baik, internal maupun eksternal
 d.    Membantu untuk memperbaiki setiap kesalahpahaman tanpa penundaan.

Berikut adalah langkah-langkah yang untuk mengaudit citra yaitu :
a.       Identifying issues and sample size
b.       Preparing questionnaire
c.        Test administration and finalisation
d.       Administration of questionnaire
e.        Analysing the feedback and interpretation of data
f.         Finalising report and recommendations
Terjemahan :
a.       Mengidentifikasi masalah dan ukuran sampel
b.      Menyiapkan kuesioner
c.       Uji administrasi dan finalisasi
d.      Administrasi kuesioner
e.      Menganalisis umpan balik dan interpretasi data
f.        Finalisasi laporan dan rekomendasi

Untuk mendapatkan informasi mengenai citra menurut opini publik maka penulis akan menggunakan langkah-langkah audit citra yang tersebut di atas yaitu pada saat melakukan survey dengan alat instrumen kuesioner kepada publik, dalam hal ini mahasiswa.

Citra dan Model Grid Analisis Citra
Frank Jefkins (2003:64), mengelompokkan citra dalam lima kategori, yaitu:
1.      Citra bayangan (mirror image)
2.      Citra yang berlaku (current image)
3.      Citra yang diharapkan (Wish Image)
4.      Citra Perusahaan atau Lembaga (corporet Image)
5.      Citra Majemuk (Multiple image)

Alat analisis yang digunakan untuk mengetahui citra adalah mengacu ke “Model Grid Analisis Citra” yang digagas oleh Philip Kotler dan dikutip oleh Rosady Ruslan (2004:81), yang membagi citra ke dalam 4 grid:
Gambar 2.1
Model Grid Analisis Citra
 Sumber: Rosady Ruslan, 2004: 81
 
a.    Point A, merupakan grade citra dalam posisi yang ideal atau positif, dan dikenal sangat baik oleh semua orang, pelanggan atau khalayak yang menjadi sasarannya.
b.  Point B, grade cukup positif, dan bersangkutan hanya disukai atau dikenal oleh kalangan khalayak tertentu (kurang dikenal).
c.  Point C, grade citra atau penilaian terhadap kualitasnya buruk. Tetapi yang bersangkutan kurang dikenal oleh semua orang atau khalayaknya.
d.  Point D, merupakan grade atau penilaian terhadap nama hingga tingkat kualitasnya sangat terkenal kurang baik, dan memiliki citra buruk di mata setiap orang atau khalayaknya.
 

0 komentar:

Posting Komentar