Pengertian Citra
Pembentukan
Citra
Sumber: Rosady Ruslan, 2004: 81
Tujuan utama dari
kegiatan Humas adalah menciptakan citra (image) organisasi yang positif.
Image adalah kata kunci dari keberadaan Humas/PR. Karena image
tidak muncul begitu saja dalam benak khlayak (publik). Tetapi ia diciptakan
melalui serangkaian kegiatan yang sistematis dan terarah. Peran utama Humas adalah
dalam menciptakan image tersebut.
Seperti diungkapkan
oleh Anggoro (2005:59), bahwa sasaran utama Humas (public relations) adalah
pembentukan citra. Praktisi humas senantiasa dihadapkan pada tantangan dan
harus menangani macam fakta yang sebenarnya, terlepas dari apakah fakta itu
hitam, putih atau abu-abu. Perkembangan komunikasi tidak memungkinkan lagi bagi
suatu organisasi untuk menutup-nutupi suatu fakta. Oleh karena itu, para personel
yang bertanggu jawab dalam bidang Humas kini lebih dituntut untuk mampu
menjadikan orang lain memahami suatu pesan, demi menjaga reputasi atau citra
organisasi yang diwakilinya.
Citra adalah kesan yang
timbul karena pemahaman akan suatu kenyataan. Pemahaman yang berasal dari suatu
informasi yang tidak lengkap juga akan menghasilkan citra yang tidak sempurna.
Tantangan utama seorang praktisi public relations adalah bagaimana
memberikan informasi yang lengkap kepada publiknya. Info yang tidak lengkap
sering dapat dipakai oleh pihak-pihak yang tidak senang untuk menjatuhkan
pihak-pihak tertentu (Kasali, 1994:28).
Philips Kotler
menurut Rosady Ruslan (2003:79) mendefinisikan citra atau image sebagai
“The
set of
beliefs, ideas and impression of person holds regarding an object. People’s
attitude and actions toward an object are highly are highly conditioned by that
object’s image.”
(Citra
adalah seperangkat keyakinan, ide dan kesan seseorang terhadap suatu obyek
tertentu. Sikap
dan tindakan seseorang terhadap suatu obyek tertentu tadi akan sangat
ditentukan oleh citra obyek tersebut).
L’Etang
dan Pieczka (1996:69-70) memberikan arti citra sebagai berikut:
“The purposes of the present
discussion ‘image’ will be used to signify the sum impression gained of an organization
by an individual. This impression derives partly from the explicit, controlled
ways in which an organization communicates with its various publics, through
design and verbal tone of its advertising and print materials, and, not leasr
through its logo”.
(Diskusi
mengenai ‘image’ digunakan untuk menggambarkan keseluruhan kesan yang muncul
mengenai organisasi oleh individu. Kesan ini muncul secara eksplicit yang
diciptakan oleh organisasi terhadap khlayak sasarannya, melalui desain visual
dan bahasa verbal, bahasa tulisan (print material), dan tidak kalah
penting dari logo organisasi/perusahaan).
Frank
Jefkins (1995:64) mendefinisikan citra sebagai nilai-nilai kepercayaan yang
konkritnya diberikan secara individu dan memperoleh pandangan dan persepsi
serta terjadinya proses akumulasi dari individual-individual tersebut akan
mengalami suatu proses cepat atau lambat untuk memberikan suatu opini publik
yang luas dan abstrak.
Dari berbagai pendapat
mengenai citra di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa citra adalah seperangkat
keyakinan, ide dan kesan seseorang terhadap suatu obyek tertentu.
Frank Jefkins
(2004:21-22) memberikan klasifikasi mengenai citra. Menurutnya ada beberapa
jenis citra. Berikut ini adalah rincian dari jenis-jenis citra.
- Citra bayangan (Mirror Image), Citra ini melekat pada orang dalam atau anggota-anggota organisasi—biasanya adalah pemimpinnya—mengenai anggapan pihak luar tentang organisasinya. Dalam kalimat lain, citra bayangan adalah citra yang dianut oleh orang dalam mengenai pandangan luar terhadap organisasinya. Citra ini seringkali tidak tepat, bahkan hanya sekedar ilusi sebagai akibat dari kurangnya informasi, pengetahuan atau pun pemahaman yang dimiliki oleh kalangan dalam organisasi itu mengenai pendapat atau pandangan pihak-pihak luar.
- Citra yang berlaku (Current image), Kebalikan dari citra bayangan, citra yang berlaku (current images) ini adalah suatu citra atau pandangan yang dianut oleh pihak-pihak luar mengenai suatu organisasi. Namun sama halnya dengan citra bayangan, citra yang berlaku tidak selamanya, bahkan jarang, sesuai dengan kenyataan karena semata-mata terbentuk dari pengalaman atau pengetahuan orang-orang luas yang biasanya serba terbatas. Citra ini sepenuhnya ditentukan banyak atau sedikitnya informasi yang didapatkan.
- Citra yang diharapkan (Wish image), Adalah suatu citra yang diinginkan oleh pihak manajemen. Citra ini juga tidak sama dengan citra yang sebenarnya. Biasanya citra yang diharapkan itu lebih baik atau lebih menyenangkan daripada citra yang ada.
- Citra Perusahaan (Corporate Image), Adalah citra dari suatu organisasi secara keseluruhan, jadi bukan sekedar citra atas produk dan pelayanannya. Citra perusahaan ini terbentuk dari banyak hal, seperti sejarah atau riwayat hidup perusahaan yang gemilang, keberhasilan dan stabilitas di bidang keuangan, kualitas produk, keberhasilan ekspor, hubungan industri yang baik, reputasi sebagai penyedia lapangan kerja, kesediaan memikul tanggung jawab sosial, dan komitmen mengadakan riset.
- Citra Majemuk (Multiple image), Banyaknya jumlah pegawai, cabang, atau perwakilan dari sebuah organisasi atau organisasi dapat memunculkan suatu citra yang belum tentu sama dengan citra organisasi atau organisasi tersebut secara keseluruhan. Jumlah citra yang dimiliki suatu organisasi boleh dikatakan sama banyaknya dengan jumlah pegawai yang dimilikinya. Citra majemuk juga dapat berarti citra pelengkap dari citra organisasi, misalnya bagaimana pihak PR akan menampilkan pengenalan (awareness) terhadap identitas organisasi, atribut logo, brand, seragam, para front liner, sosok gedung, dekorasi lobby kantor dan penampilan para profesionalnya. Semua itu kemudian diidentikkan ke dalam suatu citra majemuk (multiple image) yang diintegrasikan terhadap citra organisasi.
- Citra penampilan (performance image), Citra penampilan ini lebih ditujukan kepada subjeknya, bagaimana kinerja atau penampilan para profesional pada organisasi bersangkutan. Misalnya dalam memberikan berbagai bentuk dan kualitas pelayanan, menyambut telepon, tamu, dan pelanggan serta publiknya, harus serba menyenangkan serta memberikan kesan yang selalui baik.
Dalam penelitian ini,
kaitannya dengan citra program musi Dahsyat, penulis mengacu kepada jenis citra
yang diharapkan (wish image), kemudian dibandingkan dengan jenis citra
yang berlaku (current image) di masyarakat.
Untuk mendapatkan citra
yang diinginkan oleh organisasi, maka organisasi harus memahami secara persis
proses seleksi yang terjadi ketika publik menerima informasi mengenai realitas
yang terjadi.
Untuk membentuk citra
yang baik, organisasi harus memahami kiat-kiatnya. Silih Agung Wasesa, dalam
bukunya Strategi Public Relations (2005:69) menyampaikan bahwa ada
beberapa panduan yang perlu dilakukan organisasi dalam usaha membangun citra
yaitu :
a.
Memetakan persepsi
Pemetaan persepsi
audiens dilakukan dengan cara melakukan
audit citra, sehingga organisasi menjadi tahu sebetulnya dimana posisi
organisasi di mata audiens/publik.
b.
Menyesuaikan dengan Visi
Manajemen
Kesesuaian antara aktivitas
dengan manajemen paling atas (top management).
c.
Pahami Audiens
Sebelum membuat program
dibuat, perusahan harus tahu persis audiens yang akan menjadi target program
yang akan dibuat oleh organisasi. Karena sebetulnya, program yang harus dibuat
oleh organisasi adalah berdasarkan kebutuhan audiens, bukan sebaliknya.
d.
Fokus
Pada saat organisasi
menyiapkan program untuk audiensnya, organisasi harus fokus pada titik
pengembangan tertentu. Dengan fokus, organisasi menjadi lebih mudah menilai
informasi sebuah program. Karena di situ dapat diketahui kemajuan apa yang
didapat dari program-program sebelumnya yang diselenggarakan oleh organisasi.
e.
Kreativitas
Untuk melakukan komunikasi
yang baik diperlukan kreativitas karena kreativitas mengisyaratkan kreatif
dalam hal apa sehubungan dengan program atau komunikasi yang akan dilakukan.
f.
Konsistensi
Program organisasi harus
dijalankan secara konsisten karena menyangkut sejauh mana kemampuan organisasi
untuk mendapatkan citra yang baik dimata publiknya. Untuk berhasil dibutuhkan
waktu yang cukup lama, tidak bisa dalam hitungan bulan atau satu dua tahun.
Setelah melakukan
program-program dalam membangkitkan citra yang baik dimata audiensnya,
organisasi juga perlu mengetahui bagaimana sebenarnya keefektifan
program-programnya, apakah program pembentukan citra tersebut cukup baik
diterima oleh audiens atau tidak.
Untuk mengukur citra
organisasi atau suatu produk ada satu cara yang dapat digunakan yaitu Audit
Citra. Audit Citra yang dimaksudkan disini
menurut Prime Point Public Relations dalam www.imageaudit.com :
“Image
audit is a research tool for measuring the perceptions of internal and external
stakeholder”
Terjemahan : Audit Citra adalah alat penelitian untuk mengukur persepsi pemangku kepentingan internal dan eksternal
Kegunaan audit image
menurut Prime Point Public Relation:
a. Helps to understand the hidden perceptions
of the employees, customers and other.
b. Helps to formulate the communication
strategies to improve the relationship and trust.
c. Helps to maintain a good 'image'
internally and externally
d. Helps to rectify any misconceptions
without delay.
Terjemahan :
a. Membantu untuk memahami persepsi tersembunyi dari karyawan, pelanggan, dan lainnya.
b. Membantu merumuskan strategi komunikasi
untuk meningkatkan hubungan dan
kepercayaan.
c. Membantu untuk mempertahankan 'image' baik, internal maupun eksternal
d. Membantu untuk memperbaiki setiap kesalahpahaman tanpa penundaan.
Berikut adalah
langkah-langkah yang untuk mengaudit citra yaitu :
a.
Identifying issues and sample size
b.
Preparing questionnaire
c.
Test administration and finalisation
d.
Administration of questionnaire
e.
Analysing the feedback and interpretation
of data
f.
Finalising report and recommendations
Terjemahan
:
a. Mengidentifikasi masalah dan ukuran sampel
b. Menyiapkan kuesioner
c. Uji administrasi
dan finalisasi
d. Administrasi kuesioner
e. Menganalisis umpan balik dan interpretasi data
f.
Finalisasi laporan dan
rekomendasi
Untuk mendapatkan
informasi mengenai citra menurut opini publik maka penulis akan menggunakan
langkah-langkah audit citra yang tersebut di atas yaitu pada saat melakukan
survey dengan alat instrumen kuesioner kepada publik, dalam hal ini mahasiswa.
Citra dan Model Grid Analisis Citra
Frank Jefkins (2003:64),
mengelompokkan citra dalam lima kategori, yaitu:
1. Citra bayangan (mirror image)
2. Citra yang berlaku (current
image)
3. Citra yang diharapkan (Wish
Image)
4. Citra Perusahaan atau Lembaga (corporet
Image)
5. Citra Majemuk (Multiple image)
Alat analisis yang digunakan untuk mengetahui citra adalah
mengacu ke “Model Grid Analisis Citra” yang digagas oleh Philip Kotler dan
dikutip oleh Rosady Ruslan (2004:81), yang membagi citra ke dalam 4 grid:
Gambar
2.1
![]() |
Model Grid Analisis Citra |
a. Point
A, merupakan grade citra dalam posisi yang ideal atau positif, dan
dikenal sangat baik oleh semua orang, pelanggan atau khalayak yang menjadi
sasarannya.
b. Point
B, grade cukup positif, dan bersangkutan hanya disukai atau dikenal oleh
kalangan khalayak tertentu (kurang dikenal).
c. Point
C, grade citra atau penilaian terhadap kualitasnya buruk. Tetapi yang
bersangkutan kurang dikenal oleh semua orang atau khalayaknya.
d. Point
D, merupakan grade atau penilaian terhadap nama hingga tingkat
kualitasnya sangat terkenal kurang baik, dan memiliki citra buruk di mata
setiap orang atau khalayaknya.
0 komentar:
Posting Komentar